Koperasi Merah Putih Belum Menyala di PPU, Baru 6 dari 54 yang Bergerak

Semangat ekonomi gotong royong di PPU masih tertahan di atas kertas. Dari 54 koperasi yang dicanangkan pemerintah, baru enam yang benar-benar hidup. Pemerintah kini menyiapkan strategi baru agar koperasi tak sekadar simbol kebangkitan rakyat.
Fajri
By
3.1k Views

Kaltim.akurasi.id, Penajam Paser Utara – Dari total 54 Koperasi Merah Putih yang telah diresmikan di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), baru sebagian kecil yang benar-benar beroperasi. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (DKUKM Perindag) PPU mencatat, baru enam koperasi yang mulai berjalan secara aktif, sementara sisanya masih berproses dalam tahap penguatan kelembagaan dan bisnis.

Kepala DKUKM Perindag PPU, Margono, menjelaskan seluruh kelembagaan koperasi di PPU sudah terbentuk dan terdaftar dalam aplikasi Sistem Informasi Koperasi Desa (Simkopdes). Namun, menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah memperkuat kapasitas bisnis dan akses permodalan.

“Dari sisi kelembagaan sudah 100 persen selesai. Sekarang kami fokus pada penguatan bisnis. Koperasi Merah Putih di Sidorejo dan Telemow sudah mulai berjalan, meski skalanya masih kecil sambil belajar,” ujar Margono, Jumat (10/10/2025).

Didampingi Business Assistant dan PMO

Untuk mempercepat penguatan koperasi, DKUKM Perindag menurunkan enam business assistant (BA) dan dua project manager officer (PMO). Mereka bertugas melakukan pendampingan langsung dalam penyusunan rencana bisnis, pemetaan potensi ekonomi lokal, serta membantu koperasi menentukan arah usaha yang berkelanjutan.

“Kita ingin pendampingan langsung, bukan sekadar pelatihan seremonial. Para BA ini akan bersama koperasi menggali potensi dan menyusun rencana usahanya,” jelasnya.

Rancang Skema Pendanaan dan Arah Bisnis

Margono mengungkapkan, saat ini Koperasi Merah Putih tengah mematangkan rencana bisnis dan skema pendanaan yang sesuai dengan karakter usaha masing-masing. Untuk koperasi simpan-pinjam, pemerintah daerah akan memfasilitasi kerja sama dengan pihak perbankan, tetapi koperasi tetap harus memiliki perencanaan bisnis yang matang terlebih dahulu.

“Pendanaan awal sebagian besar masih berasal dari modal mandiri dan iuran anggota. Tapi untuk tahap pengembangan, koperasi simpan-pinjam perlu menyiapkan rencana bisnis yang solid agar bisa bekerja sama dengan bank,” terangnya.

Beberapa Koperasi Merah Putih di PPU juga telah menjalin kerja sama dengan perbankan dan Bulog, di antaranya sebagai penyalur sembako dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Langkah ini diharapkan memperkuat posisi koperasi sebagai pelaku ekonomi rakyat yang mandiri dan berkelanjutan.

Pendekatan baru yang diterapkan DKUKM Perindag disebut sebagai model pendampingan berbasis bisnis nyata, bukan hanya administrasi kelembagaan. Pemerintah daerah ingin koperasi benar-benar tumbuh sebagai lembaga ekonomi desa yang aktif menggerakkan sektor produktif.

“Kita ingin Koperasi Merah Putih menjadi model koperasi yang tumbuh dari bawah, punya arah bisnis jelas, dan mampu menggerakkan ekonomi lokal,” tandas Margono. (*)

Penulis: Nelly Agustina
Editor: Redaksi Akurasi.id

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menu Vertikal
Menu Sederhana
#printfriendly .related-sec { display: none !important; } .related-sec { display: none !important; } .elementor-2760 .elementor-element.elementor-element-0f8b039 { --display: none !important; } .elementor-2760 { display: none !important; }