Disdikbud Samarinda Dukung Coding dan AI di Kurikulum

Devi Nila Sari
14 Views
Ilustrasi siswa menggunakan teknologi AI. (Istimewa)

Disdikbud Samarinda dukung penerapan kurikulum coding dan AI. Dengan catatan, harus ada regulasi jelas untuk implementasinya.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengumumkan rencana penambahan mata pelajaran coding dan artificial intelligence (AI) di kurikulum sekolah.

Kedua mata pelajaran tersebut menjadi pilihan di sekolah dengan mempertimbangkan kelengkapan sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang memadai.

Kebijakan ini disambut baik oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda, Asli Nuryadin. Namun ia mengatakan, hal ini harus disertai dengan sejumlah catatan terkait persiapan dan implementasinya.

“Penambahan dua mata pelajaran itu bagus, tetapi pastinya membutuhkan penyesuaian,” tuturnya.

Ia menekankan, pentingnya adanya petunjuk teknis (juknis) yang jelas dan detail sebelum kebijakan ini dijalankan. “Kita juga butuh juknis yang sudah final untuk memastikan implementasinya berjalan dengan baik di lapangan,” tambahnya.

Menurutnya, langkah ini adalah tantangan yang harus dihadapi untuk menjaga relevansi pendidikan nasional di tengah pesatnya perkembangan teknologi.

“Kalau tidak kita lakukan, kita akan tertinggal. Orang-orang pusat pasti sudah mempelajari dan mempertimbangkan semuanya sebelum mengeluarkan kebijakan ini,” ujar Asli.

Asli Nuryadin: Penggunaan Coding dan AI Harus Sesuai Porsi

Kendati demikian, implementasi penggunaan teknologi khususnya AI dilakukan dengan bijak. Sehingga nantinya, tidak akan selalu bergantung pada kecerdasan buatan itu.

“Kita harus bijak menggunakannya sesuai porsinya. Jangan sampai hadirnya AI ini membuat kita bergantung,” katanya.

Dikatakannya, penting mengajarkan siswa untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti kemampuan berpikir dan kreativitas manusia.

“Kalau kita benar-benar bergantung pada AI, kita tidak akan bisa bertahan di masa depan. Jadi, harus ada edukasi bagaimana memanfaatkan teknologi secara bijak,” imbuhnya.

Ia juga menyoroti tantangan utama dalam penerapan kebijakan ini, yaitu kesiapan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, serta adaptasi kurikulum.

“Ini semua butuh waktu. Kita harus memastikan guru-guru kita memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar mata pelajaran baru ini,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *