Pemkot Bontang menyebut prevalensi stunting di wilayahnya turun menjadi 12 persen. Sementara data terakhir tahun lalu berada di angka 27,4 persen.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang mencatat penurunan signifikan angka stunting pada anak balita. Berdasarkan data terbaru yang dirilis, Senin (26/5/2025), prevalensi stunting di Bontang kini berada di angka 12 persen, setara 1.219 anak dari total 10.047 balita yang telah ditimbang.
Penurunan ini tergolong drastis jika dibandingkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang mencatat prevalensi sebesar 27,4 persen, serta data e-PPGBM pada Agustus 2024 yang menunjukkan angka 20,6 persen.
Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni menyampaikan, capaian ini tak lepas dari kerja keras lintas sektor yang menggelar operasi timbang serentak. Dari total 10.053 balita, sebanyak 10.047 telah ditimbang atau mencapai 99,94 persen.
“Selama 4 tahun terakhir, kita belum pernah mencapai capaian setinggi ini. Ini kerja keras semua tim di lapangan,” kata Neni.
Dari hasil penimbangan tersebut, ditemukan 1.752 anak tergolong pendek. Namun, setelah diverifikasi bersama dokter spesialis anak, hanya 1.219 anak yang dikategorikan sebagai stunting atau tengkes. Sisanya tidak masuk dalam kategori tersebut secara medis.
“Kami pastikan validasi dilakukan ketat. Tidak semua anak pendek itu stunting. Ada pertimbangan medis lainnya,” tegasnya.
Untuk mempercepat penanganan, wali kota menargetkan penurunan angka stunting dalam waktu 56 hari ke depan. Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp4 miliar yang akan dialokasikan untuk pemberian makanan tambahan (PMT) dan susu kepada anak-anak yang masuk kategori stunting.
Berikut Sebaran Data Anak Stunting di 15 Kelurahan
Meski tren positif terlihat, masih terdapat beberapa kelurahan dengan angka stunting cukup tinggi. Berikut sebaran datanya.
- Loktuan – 176 anak (0-11 bulan: 8 anak, 12-59 bulan: 168 anak)
- Tanjung Laut Indah – 129 anak (0-11 bulan: 8 anak, 12-59 bulan: 121 anak)
- Bontang Lestari – 118 anak (0-11 bulan: 5 anak, 12-59 bulan: 113 anak)
- Tanjung Laut – 107 anak (0-11 bulan: 7 anak, 12-59 bulan: 100 anak)
- Guntung – 92 anak (semua di usia 12-59 bulan)
- Berebas Tengah – 86 anak (0-11 bulan: 1 anak, 12-59 bulan: 85 anak)
- Berbas Pantai – 82 anak (0-11 bulan: 4 anak, 12-59 bulan: 78 anak)
- Belimbing – 79 anak (0-11 bulan: 3 anak, 12-59 bulan: 76 anak)
- Api-Api – 77 anak (0-11 bulan: 4 anak, 12-59 bulan: 73 anak)
- Gunung Telihan – 72 anak (0-11 bulan: 4 anak, 12-59 bulan: 68 anak)
- Gunung Elai – 70 anak (0-11 bulan: 7 anak, 12-59 bulan: 63 anak)
- Bontang Baru – 43 anak (0-11 bulan: 2 anak, 12-59 bulan: 41 anak)
- Satimpo – 38 anak (0-11 bulan: 2 anak, 12-59 bulan: 36 anak)
- Bontang Kuala – 37 anak (0-11 bulan: 2 anak, 12-59 bulan: 35 anak)
- Kanaan – 13 anak (semua di usia 12-59 bulan)
“Ini data rill. Kita sudah tahu wilayah mana yang perlu intervensi lebih kuat. Fokus kita saat ini adalah percepatan,” pungkasnya. (*)
Penulis: Dwi Nugroho
Editor: Devi Nila Sari