
Pengakuan pekerja seks yang lakoni bisnis lendir di Samarinda, impitan ekonomi jadi alasan. Dari pundi rupiah tersebut, mereka mengaku jika uangnya sebagian besar dikirim untuk keluarga di kampung.
Akurasi.id, Samarinda – Setelah diamankan petugas dan tak lagi bisa mengelak, ke-15 pelaku prostitusi online yang dibekuk jajaran Unit Reskrim, Polsek Samarinda Kota mulai mengutarakan motif dibalik bisnis esek-esek tersebut.
Kepada awak media, pengakuan pekerja seks atau wanita tuna susila (WTS) sebut saja Mawar, mengaku nekat melakoni bisnis haram tersebut sebab impitan ekonomi.
Terlebih saat mahligai rumah tangganya retak bersama suami, dan kini Mawar harus seorang diri berjuang memenuhi kebutuhan sang buah hati di kampung halaman, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
“Sudah setahun kerja begini (bisnis esek-esek). Dapatnya relatif. Hasilnya ini biasa saya kirim buat kebutuhan anak di kampung. Anak di sana (kampung) dijaga sama pengasuh,” tutur Mawar yang berperawakan langsing tersebut, Selasa (16/11/2021).
Ditanya lebih jauh, Mawar juga mengakui kedatangannya ke Samarinda bersama rekan satu kampung.
“Ke sini (Samarinda) sama teman. Ya selama di sini (Samarinda) enggak pernah ke mana-mana (keluar kota),” imbuhnya.
Sementara itu, pengakuan serupa juga turut dilontarkan WTS asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sebut saja namanya Bunga. Berbeda dari Mawar, Bunga rupanya baru melakoni bisnis esek-esek tersebut sejak 6 bulan terakhir. Dan bertandang ke Kota Tepian juga bersama rekannya.
“Udah sekitar 6 bulan saya kerja gini. Setiap kali melayani pelanggan saya tarif Rp500 ribu sekali main (kencan),” ungkapnya.
Dalam satu hari, kata Bunga, dirinya bisa melayani dua hingga tiga tamu. Berarti dalam satu hari Bunga mampu menghasilkan Rp1,5 juta. Namun angka tersebut belum dipotong komisi muncikari dan sewa kamar hotel.
Dari pundi rupiah tersebut, Bunga mengaku jika uangnya sebagian besar dikirim untuk keluarga di kampung.
“Uangnya dikirim ke kampung mas, baru sisanya saya pakai buat sehari-hari di Samarinda. Orang tua di sana tahunya saya kerja jaga toko,” imbuhnya.
Berbeda dengan Mawar dan Bunga, terduga pekerja seks lainnya justru mengelak ketika ditanya awak media soal keterlibatan di bisnis esek-esek online.
“Saya apes aja mas. Saya di situ sama pacar lagi kumpul memang. Saya dari Banjar (Banjarmasin) di sini baru tiga hari. Tapi enggak ngapa-ngapain. Cuman karena yang lain ditangkap ya saya kena juga,” ucap Melati (bukan nama sebenarnya), wanita lain yang juga turut diamankan kepolisian.
Kendati mengelak, namun pihak kepolisian tentu tak bisa percaya begitu saja. Terlebih dengan sejumlah barang bukti yang sudah diamankan. Yakni berupa 5 unit ponsel, 15 bungkus kondom, 45 kartu perdana,10 lembar pecahan uang Rp50 ribu, dan 5 lembar pecahan Rp100 ribu.
Seperti yang diungkapkan Kapolsek Samarinda Kota, AKP Creato Sonitehe Gulo sebelumnya, jika ke-15 pelaku ini terdiri dari 8 pria dan 7 wanita. Yang mana 2 di antara pria tersebut merupakan muncikari dan 6 sisanya berperan sebagai penjaga.
“Intinya semua kami amankan dan sedang berproses. Untuk tindaklanjut para pekerjanya ini (wanita tunasusila) juga masih kami koordinasikan ke pihak terkait,” pungkasnya. (*)
Penulis : Zulkifli
Editor: Redaksi