Dalam pengolahan sampah di sekolah, DLH PPU aktif memberi pendampingan. Salah satunya di SD 013 Penajam. Dimana sekolah ini berhasil meraih penghargaan Adiwiyata tingkat nasional kategori mandiri.
Kaltim.akurasi.id, Penajam – SD 013 Penajam punya program pengolahan sampah terpadu dengan konsep bank sampah yang terdiri dari 430 nasabah. Puncak keberhasilan program itu menjadikan sekolah Jalan Penajam – Kuaro, Giri Mukti, Penajam ini berhasil meraih penghargaan Adiwiyata di tingkat nasional dengan kategori mandiri.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Penajam Paser Utara (PPU) Tita Deritayati mengatakan keberhasilan SD 013 ini karena sekolah tersebut telah memenuhi berbagai aspek kriteria penilaian. Terutama dalam pengelolaan sampah. Pengolahan sampah menjadi salah satu fokus utama dalam penilaian Adiwiyata.
“SD 013 masuk dalam kriteria penilaian Adiwiyata tingkat nasional karena sekolah tersebut memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik,” kata perempuan yang disapa Tita kepada media ini.
Menurutnya, mereka telah berhasil mengimplementasikan praktik-praktik ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari mereka. Dia mengaku, bank sampah yang ada di SD 013 juga merupakan salah satu binaan dari DLH PPU.
Dimana DLH PPU tidak hanya memberikan bantuan dalam pengelolaan bank sampah saja. Namun juga secara aktif terlibat dalam mendampingi dan membantu sekolah dalam menjalankan program tersebut.
“Kami juga yang mendampingi dan membantu dalam pengelolaan dan menjemputnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SD 013 Penajam Rusmilawati menjelaskan program bank sampah ini bertujuan tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Tetapi juga mengajarkan siswa tentang pentingnya kreativitas dan inovasi dalam mengelola sumber daya yang ada.
“Kami juga punya program mengelola produksi sampah yang ada di sekolah. Baik itu sampah organik maupun sampah anorganik menjadi barang yang bernilai jual dan barang yang bernilai guna,” terang Rusmilawati.
Bank sampah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan ekonomi yang melibatkan seluruh komunitas sekolah. Dengan jumlah nasabah mencapai 430 siswa, ditambah dengan tenaga pendidik dan orang tua siswa.
“Sampah yang kami kelola yakni sampah yang diproduksi dari sekolah itu sendiri. Seperti sampah dari kantin, siswa itu sendiri, ataupun jika ada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah,” pungkasnya. (adv/diskominfoppu/zul/uci)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi