EBIFF 2025, Jembatan Budaya Kaltim ke Dunia Internasional

Fajri
By
723 Views
Foto: Istri Wakil Gubernur Kaltim, Wahyu Hermaningsih Seno, saat diwawancarai awak media. (Yasinta Erikania Daniartie/Akurasi.id)

Istri Wakil Gubernur Kaltim, Wahyu Hermaningsih Seno, menyebut EBIFF 2025 sebagai ajang penting untuk mempromosikan budaya Kalimantan Timur ke dunia.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Istri Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Wahyu Hermaningsih Seno, menyebut ajang East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025 sebagai momentum penting dalam mengenalkan budaya Kaltim ke kancah internasional. Menurutnya, partisipasi lima negara menjadi simbol keberagaman sekaligus peluang untuk mempromosikan kekayaan budaya daerah.

“Alhamdulillah, EBIFF tahun ini berjalan lancar. Kirab budaya nasional dan internasional berlangsung dengan baik,” ujarnya saat diwawancarai usai kirab budaya EBIFF 2025 di Lobi Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda Ulu, Jumat (25/7/2025).

Dalam acara tersebut, lima negara turut berpartisipasi: Korea Selatan, Maroko, India, Rumania, dan Polandia. Masing-masing menampilkan budaya khas negaranya, yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

“Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias menyambut dan menerima keberagaman budaya yang ditampilkan. Insyaallah, ke depan semoga bisa terselenggara lebih baik lagi,” lanjut Wahyu.

EBIFF yang telah berlangsung sejak 2024 ini menjadi agenda tahunan yang diharapkan terus berkembang. Wahyu pun mendorong Dinas Pariwisata Kaltim untuk lebih menggali potensi budaya lokal agar semakin dikenal luas, termasuk ke mancanegara.

“Masih banyak kekayaan budaya Kalimantan Timur yang belum dikenal secara menyeluruh. Ini tantangan kita bersama untuk terus mengangkatnya,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi seluruh peserta yang tampil dalam acara tersebut. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah penampilan seniman dari Polandia yang didominasi generasi muda. Menurutnya, ini menjadi contoh positif dalam upaya pelestarian budaya.

“Sangat penting untuk melibatkan generasi muda agar budaya tidak punah dan bisa terus diwariskan,” ungkapnya.

Sebaliknya, ia menyampaikan bahwa delegasi Korea Selatan justru mengakui bahwa partisipasi generasi muda dalam pelestarian budaya di negaranya masih minim. Sebagian besar penampil berasal dari kelompok usia di atas 30 tahun.

“Tapi mereka ingin belajar dari Indonesia, bagaimana menumbuhkan kecintaan terhadap budaya di kalangan anak muda. Katanya begitu, insyaallah,” jelasnya. (Adv/DiskominfoKaltim/YED)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id

TAGGED:
Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *