Festival Teater 2023 Berakhir, UPTD Taman Budaya: Ajang Melahirkan Bibit Berkualitas

Suci Surya
4 Views
Penyerahan hadiah untuk peserta yang berhasil keluar sebagai juara Festival Teater 2023. (Muhammad Zulkifli/Akurasi.id)

Pengumuman pemenang menjadi tanda Festival Teater 2023 berakhir pada Rabu (21/6/2023). Teater Pilar asal Samarinda menjadi pemenangnya.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Festival teater yang diadakan oleh UPTD Taman Budaya Kaltim telah berakhir. Teater Pilar asal Kota Samarinda berhasil menjadi jawara pada ajang tersebut.

Kepala UPTD Taman Budaya Kaltim Novarita menyebut tujuan pergelaran Festival Teater 2023 untuk menumbuhkan generasi baru pecinta teater. Dia berpesan kepada pemenang festival teater agar tidak berhenti hanya sampai saat acara tersebut digelar. Namun, harapannya bisa melahirkan aktor maupun aktris berkualitas yang berkecimpung dalam dunia teater tersebut.

“Kami berharap perjuangan dari para pemenang ini tidak berhenti sampai di ajang Festival Teater 2023 ini saja. Transferkanlah ilmu mereka untuk mencari bibit baru dan bisa menampilkan lebih banyak seni teater lainnya,” harapnya.

Teater Pilar Asal Samarinda Rebut Juara I di Festival Teater 2023

Sementara itu, panitia pun mengumumkan para pemenang pada Rabu (21/6/2023) pukul 20.30 Wita di Taman Budaya Kaltim. Komunitas Teater Pilar Kota Samarinda berhasil merengkuh gelar juara. Setelah sebelumnya berhasil tampil mencuri hati penonton dan juri pada pergelaran festival teater tersebut.

Tema yang dipilih oleh Komunitas Teater Pilar berjudul ‘Tuha’. Pemeran Sukibar di Komunitas Teater Pilar, Muhammad Taufiq Hidayat membeberkan proses persiapan, penyeleksian naskah, hingga menentukan pemeran sesuai karakter. Persiapan mereka mengikuti Festival Teater ini sekira satu bulan dimulai saat pendaftaran.

“Latihannya setiap hari, mulai dari seleksi naskah untuk pemilihan pemerannya, plot blocking sampai matangnya itu selama lima hari menjelang pementasan. Liburnya cuma satu hari,” beber Taufiq kepada Akurasi.id.

Dia menjelaskan tema yang diambil menceritakan sebuah Kelompok Seni Mamanda atau Kerajaan Seni Mamanda. Di mana terjadi polemik dalam komunitas tersebut. Kata dia, aksi teater mereka menceritakan sebuah pengkudetaan yang sudah lama terjadi.

“Dari periode lama ke periode selanjutnya hanya dipimpin oleh satu orang itu saja. Karena adanya pengkudetaan dan penghasutan kemudian terjadinya polemik itu yang diangkat dari naskah Tuha ini,” terangnya.

Taufiq juga menjelaskan kendala yang diperankan dalam naskah Tuha ini. Yakni pementasan di dalam pentas yang membuat semua karakter harus kompleks. “Lumayan sulit. Kesulitan kami itu pementasan dalam sebuah pentas. Jadi dari karakter utama, sosok pemeran pembantu, dan pemainnya lainnya itu kompleks. Serta pemain mempunyai ciri khas masing-masing jadi sangat menguras energi. Tapi Alhamdulillah kami bisa menyelesaikannya,” tutupnya. (adv/disdikbudkaltim/zul/uci)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *