Terapkan Pembelajaran Kurikulum Merdeka, SMA Islam Cetak Rekor Membatik Sepanjang 54 Meter

Devi Nila Sari
41 Views

SMA Islam menjadi salah satu sekolah yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Dengan memantik kreatifitas pelajar melalui rekor membatik sepanjang 54 meter.

Kaltim.akurasi.id, SamarindaBatik kini diakui menjadi warisan budaya di mata dunia. Tak heran setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Memperingati momentum ini, SMA Islam yang berada di Samarinda, Jalan Ahmad Dahlan, mencetak rekor dengan membatik sepanjang 54 meter.

Acara ini pun disaksikan oleh Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltim Muhammad Faisal, serta Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Mispoyo. Masing-masing dari pejabat yang hadir, turut menjadi partisipan dalam membatik di bentangan kain yang sudah panitia siapkan.

Termasuk Mispoyo yang kala itu mewakili Kepala Disdikbud Kaltim Muhammad Kurniawan, mengaku sangat antusias dengan inisiasi yang dibuat oleh SMA Islam. Sebab, menjadi satu-satunya sekolah yang memiliki ide, untuk mencetak rekor dalam membatik di Kaltim.

“Karena batik sangat luar biasa menyatu di hati saya. Ini adalah batik karya guru ketika disdikbud mengadakan pelatihan membatik untuk kewirausahaan. Sehingga, guru juga bisa menerapkannya di sekolah. Ini hasil batik guru yang sebelumnya tidak bisa membatik,” ungkapnya usai mencoba membatik dengan canting, Minggu (2/10/2022).

Disdikbud Kaltim Dukung Langkah SMA Islam

Sehingga, ia pun mendukung, dengan adanya langkah dari SMA Islam, dalam mencetak rekor membatik di Kaltim. Terlebih, hal ini juga menjadi bagian dari implementasi penerapan kurikulum merdeka yaitu dengan pembelajaran sekaligus prakteknya.

“Saya sangat mendukung karena ini sesuai dengan pemanfaatan atau aktualisasi program implementasi Kurikulum Merdeka. Di mana, dengan Kurikulum Merdeka harapannya siswa-siswa bisa kreatif, dan ini salah satu jiwa kreatif mereka,” ujar Mispoyo.

Ia mengakui, pelatihan membatik kepada para guru secara tidak langsung menggambarkan adanya jiwa usaha yang bisa di tularkan ke siswa melalui membatik. Sehingga, ia pun berharap, ke depannya para siswa-siswi yang membatik di seluruh sekolahnya, bisa dipakai sendiri untuk  seragam sekolah masing-masing.

“Seperti yang saya pakai ini, eco print. Paling mudah yaitu hanya daun, di temple kemudian diwarnai menjadi seperti ini. Ini prosesnya kurang lebih 1 jam dan sudah saya pakai hampir 11 kali tapi masih bagus. Ini juga terlihat beda sendiri karena hasil karya guru,” pungkasnya. (*/adv/disdikbudkaltim/gzy)

Penulis/Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menu Vertikal
Menu Sederhana