Jelang Pemilu 2024, IPK HIMPSI imbau para caleg agar membangun daya tahan mental. Sebab, caleg disebut rentan stres dan gangguan mental, terutama saat pencalonan gagal.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Mendekati Pemilu 2024, atmosfer politik di tanah air, tak terkecuali Provinsi Kaltim terus memanas. Para caleg tengah bergelut untuk memenangkan hati masyarakat. Namun, di tengah hiruk pikuk politik tersebut, ada potensi risiko tekanan mental yang menghantui para caleg.
Untuk itu, Ketua Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Himpunan Psikologi Indonesia Kaltim (HIMPSI) Ayunda Ramadhani mengimbau kepada para caleg yang berlaga di Pemilu 2024. Agar membangun daya tahan mental dalam menghadapi tekanan yang ada selama masa kampanye. Sebab, beban berat di masa-masa kampanyel dapat menjadi pemicu munculnya stres.
“Bagian penting dalam menghadapi tantangan politik adalah membangun daya tahan mental yang kuat. Ini dapat membantu caleg mengatasi stres dan tekanan yang mungkin muncul selama periode kampanye,” ujarnya.
Ayunda Ramadhani menjelaskan, bahwa beban sebelum pemilu dan kemungkinan kegagalan bisa menjadi pemicu utama terjadinya tekanan berat bagi para caleg.
“Mereka harus mengeluarkan banyak sumber daya seperti uang, waktu, dan pikiran untuk mengkampanyekan diri. Kegagalan dalam pemilu bisa menimbulkan stres yang signifikan,” ujarnya.
Dosen Unmul Sarankan Para Caleg Realistis
Wanita yang juga sebagai Dosen di Program Studi Psikologi FISIP Universitas Mulawarman (Unmul) itu menerangkan, jika caleg tidak mampu mengelola stres dengan efektif, hal ini bisa memicu masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan kesulitan tidur. Hal ini sering dialami oleh para caleg setelah kalah dalam kontestasi politik.
“Dampaknya dapat menghambat produktivitas dan mengganggu kehidupan sehari-hari mereka,” tambahnya.
Untuk itu, Ayunda Ramadhani menyarankan agar para caleg memiliki harapan yang realistis. Menurutnya, memiliki ekspektasi yang realistis akan membantu para caleg tidak terlalu terpukul ketika menghadapi kemungkinan kegagalan.
“Harapan yang realistis dapat menjadi penyeimbang dalam menghadapi berbagai hasil dan situasi yang mungkin terjadi selama kampanye dan pasca-pemilu,” katanya.
Tidak hanya itu, ia juga menekankan perlunya melakukan evaluasi diri secara berkala. Dengan melakukan evaluasi, caleg dapat meninjau kembali strategi kampanye mereka, memperbaiki kelemahan, dan memperkuat strategi yang sudah efektif.
“Dengan evaluasi diri yang teratur, para caleg dapat terus meningkatkan kualitas kampanye mereka dan menyesuaikan diri dengan perubahan dinamis dalam politik,” paparnya.
Selain aspek psikologis, dia juga menggarisbawahi pentingnya dukungan keluarga bagi para caleg. Menurutnya, dukungan dari keluarga dapat menjadi landasan kuat bagi caleg, baik saat kampanye maupun setelah Pemilu berlangsung.
“Keluarga yang memberikan dukungan moral dan emosional dapat memainkan peran kunci dalam membantu caleg menjaga keseimbangan serta memulihkan diri setelah rentetan aktivitas politik yang menguras energi,” tutupnya. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari