Senyum Yoyo Sirna Dilahap si Jago Merah

Devi Nila Sari
2 Views
Puing-puing runtuhan bangunan pasca kebakaran di Jalan Dr Soetomo, Gang 4, Samarinda. (Muhammad Zulkifli/Akurasi.id)

Senyum Yoyo seketika sirna di sore itu. Kala si jago merah perlahan melahap setiap bangunan, pada kebakaran yang terjadi di Jalan Dr Soetomo, Gang 4, Samarinda, Kamis (21/12/2023).

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Puing-puing reruntuhan bangunan yang habis terbakar menjadi panggung bagi para pemulung untuk menempa serpihan harap di tengah kesunyian. Diantara langit redup, suara bising dari seng dan besi bergesekan menjadi simfoni yang menari di udara.

Sesekali, obrolan ringan dari para individu memecah kesunyian. Mereka saling bertukar cerita tentang kebakaran dahsyat, yang menghantam pemukiman padat penduduk itu tempo hari lalu. Di Jalan Dr. Soetomo, Gang 4, Blok B dan C, RT 31,32, 33 dan 40, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Kaltim, Kamis (21/12/2023) sekira pukul 15.30 Wita.

Telihat seorang pria dengan wajah lesu menyaksikan barang-barang miliknya yang ludes terbakar diangkut para pemulung. Pria itu bernama Yoyo (40), kala itu duduk termenung di atas puing-puing reruntuhan tempat tinggalnya yang kini jadi arang hitam.

Matanya nanar menyaksikan setiap bagian dari bangunan tempat tinggal yang sudah digilas api dan tak bersisa. Pikirannya berkecamuk, mengingat hunian berukuran 3×6 meter tempatnya berlindung dari dinginnya malam kini rata dengan tanah.

Hatinya, pualam rapuh. Yang di dalamnya berserakan kepingan kenangan rasa sakit. Rasa sakit itu abadi, dan mungkin akan datang berulang-ulang. Kenangan itu serupa serpihan kaca, dan ia menari-nari bertelanjang kaki di atasnya.

Raut wajahnya tampak murung, seakan menggambarkan hati dan pikirannya yang sedang tidak baik-baik saja. Sembari mengisap sebatang rokok yang ia pegang ditangannya. Pria beranak satu itu bercerita tentang peristiwa kelam sore itu.

Saat itu, terdengar ledakan dari salah satu rumah warga. Namun, ia dan warga lain mangabaikan ledakan itu. Menurut mereka, hal tersebut sudah biasa terjadi. Namun nyatanya kali ini berbeda.

Selang beberapa menit, mereka dibuat kaget bukan kepalang. Sebab, tiba-tiba terlihat gumpalan api besar bergerak cepat memorak-porandakan bangunan. Suara teriakan warga pun terdengar riuh bersahut-sahutan.

“Kebakaran, kebakaran, kebakaran,” kenangnya.

Kala itu hujan turun dengan derasnya. Namun, awan memerah disertai dengan angin kencang seakan merestui si jago merah melahap setiap bangunan yang ada disekitar. Kepulan asap pekat membuat Yoyo bingung luar biasa. Sontak Yoyo dan masyarakat yang melihatnya berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

“Awalnya petir, dan terdengar ledakan disalah satu rumah warga, tapi kami tidak menghiraukan itu. Karena itu kami anggap biasa, dan biasanya bisa diatasi dengan cepat,” ungkap Yoyo, Sabtu (23/2023).

150 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kini, ratusan bangunan itu hanya tinggal puing-puing. 150 jiwa kehilangan tempat berteduh dan berbagi cerita bersama keluarga. Termasuk rumah Yoyo, satu diantara 40 kepala keluarga (KK) yang terpaksa kehilangan tempat tinggal karena musibah ini.

Sebanyak 65 bangunan terdampak dalam kebakaran itu. Bangunan yang merupakan rumah pribadi hingga bangsalan. Habis menyisakan arang di empat RT. Termasuk rumah Yoyo yang sudah ditempatinya selama 10 tahun.

Yoyo bersyukur walaupun rumahnya turut terbakar, ia bersama anggota keluarga lainnya berhasil menyelamatkan diri. Meski tidak ada satupun barang-barang di rumahnya yang bisa diambil. Hanya baju yang melekat di badan, menjadi saksi bisu tragedi di sore yang syahdu itu.

“Yang penting kami semua selamat, semua barang-barang ludes terbakar,” tuturnya getir.

Usai bencana, berbondong-bondong bantuan berdatangan, mulai dari makanan, minuman hingga pakaian. Kendati demikian, hanya satu hal yang masih memberatkan fikiran Yoyo. Hingga sekarang, belum ada bantuan seragam sekolah bagi anak-anak yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah.

“Sampai sekarang belum ada bantuan untuk seragam sekolah untuk anak-anak. Kebanyakan pakaian orang dewasa ,” ungkapnya.

Lurah Sidodadi Budi Trihariyono mengungkapkan, bahwa insiden dua hari lalu telah melenyapkan sekira 49 rumah tinggal, termasuk 16 bangsalan.

Menyikapi keterpurukan yang dialami oleh warganya, Budi menyebutkan bahwa respons bantuan dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda, sektor swasta, dan kelompok lainnya, telah terasa sangat besar. Bantuan berupa sembako, telur, pakaian, dan sejumlah kebutuhan lainnya telah mengalir.

“Kami memastikan keamanan kebutuhan makanan. Dengan pendistribusian 500 nasi bungkus setiap pagi, siang, dan sore, total 1.500 nasi bungkus per hari,” tegasnya.

Hingga saat ini, pihaknya tidak mengalami hambatan dalam menyalurkan bantuan kepada warga yang terdampak. Budi menegaskan, bahwa fokus saat ini adalah memberikan bantuan logistik dan mendirikan dapur umum di Kantor Kelurahan Sidodadi. Menunjukkan komitmen dalam menangani situasi ini secara langsung.

“Di kantor kami, tersedia sumbangan pakaian. Kami akan mengkoordinasikan distribusinya ke tingkat RT untuk penyaluran yang lebih merata. Warga yang terkena dampak juga dapat mengambil bantuan langsung di kantor,” pungkasnnya. (*)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *