Relawan Samarinda mencurigai adanya kecurangan dalam distribusi gas melon. Lantaran besarnya perbedaan harga di pangkalan dan pengecer.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Relawan Info Taruna Samarinda (ITS) menemukan sejumlah kesenjangan harga tabung gas elpiji 3 kilogram (kg). Pangkalan menjual gas sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), sedangkan jika masyarakat hendak membelinya di pengecer maka harus merogoh gocek sekira Rp35-50 ribu.
Ketua Relawan ITS Joko Iswanto mengatakan, jika terdapat 551 pangkalan di Kota Tepian. Pihaknya pun mengambil beberapa untuk menjadi sampel hingga diketahuilah kesenjangan harga tersebut.
Menurutnya, harga yang mahal ini lantaran tidak seimbangnya antara ketersediaan dan permintaan. Sehingga masih banyak warga yang tidak mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.
“Keresahan ini kita coba bicarakan dengan para wakil rakyat di DPRD Samarinda, ” terangnya saat diwawancarai di Kantor DPRD Samarinda, Jalan Basuki Rahmat, Samarinda, Kamis (6/2/2025).
Dari pertemuan tersebut, ia ingin mengetahui penyebab langkanya gas ini. Apakah memang persediaan yang terbatas atau ada oknum tertentu yang sudah berbuat curang.
Menurutnya, terkait keberagaman harga antara pangkalan dan pengecer tidak boleh terlalu jauh. Misalnya pangkalan menjual Rp18 ribu maka pengecer dapat memberi harga Rp20 ribu hingga 25 ribu.
“Kalau ini masih bisa ditoleransi, kita coba cari titik temunya,” sambung pria yang karib disapa Jokis ini.
BURT Didorong Sebagai Wadah Distiribusi LPG
Sebenarnya Pemkot Samarinda sudah melakukan sebuah upaya untuk mengatasi hal ini. Salah satunya yaitu penggunaan kartu tepat sasaran.
Namun dari 551 pangkalan yang ada, baru 404 yang bekerja sama dengan pemerintah. Ia pun mendorong agar semua pangkalan dapat bekerja sama agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Selain itu, salah satu solusi lain yang dihadirkan dalam pertemuan tersebut adalah membentuk Badan Usaha Rukun Tetangga (BURT). Pasalnya, kata dia, ketua RT lebih mengetahui mana warganya yang benar-benar berhak mendapatkan gas subsidi tersebut.
“Ini ide coba ditelurkan apabila jadi kenyataan, maka pangkalan sudah jelas jualnya ke siapa dan harganya berapa. Jadi tidak mungkin rugi,” pungkasnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari