
Jalan penghubung 3 kecamatan di Kukar rusak parah, masyarakat harap pemda tanggap perbaiki. Sebab, jalan tersebut akan terus dilewati dan memperparah keadaan jalan yang memang sudah rusak.
Akurasi.id, Samarinda – Kondisi jalan di sepanjang Desa Sebelimbingan hingga Pendamaran, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kaltim, dalam kondisi rusak parah. Kerusakan itu bertambah parah akibat banjir yang turut mengikis kondisi badan jalan.
Persoalan ini pun banyak membuat warga yang memanfaatkan akses jalan tersebut mengeluh. Sebab, pemerintah daerah (pemda) tak kunjung turun tangan untuk melakukan perbaikan.
[irp]
Kepala Desa Tuana Tuha Tommy mengungkapkan, jalur tersebut merupakan satu-satunya akses darat di kawasan tersebut. Selain jalan tersebut, warga dihadapkan kepada akses air yang kini telah jarang.
“Kalau pun ada, biayanya akan sangat mahal,” ungkapnya kepada Akurasi.id, Senin (7/2/2022).
Perbaiki 2 Titik Jalan Rusak, Warga Gotong Royong Menggunakan Swadaya
Dari sekian banyak titik kerusakan parah di sepanjang jalur tersebut, dalam beberapa hari terakhir jalan rusak yang berada di Pendamaran ramai diperbincangkan. Sebab, jembatan yang sebelumnya terbangun di Pendamaran telah dibongkar.
Peristiwa pembongkaran itu merupakan buntut dari video viral yang menyatakan adanya dugaan pungli sebesar Rp20 ribu bagi kendaraan yang ingin melintas. Atas kejadian tersebut, banyak pihak kecewa. Sebab mereka merasa sangat terbantu dengan keberadaan jembatan tersebut meskipun harus membayar.
Menindaklanjuti kerisauan masyarakat, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, serta masyarakat pun langsung turun tangan untuk melakukan perbaikan secara gotong royong. “Dari kemarin kami sudah mulai memperbaiki dua titik kerusakan gorong-gorong di hulu dan hilir Pendamaran,” kata Tommy.
Adapun biayanya menggunakan swadaya yang berasal dari iuran masyarakat di 3 kecamatan. Di antaranya Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut, dan Tabang. Dari asosiasi sopir Belayan yang merupakan pengendara truk hingga pemilik toko di sekitar kawasan tersebut.
[irp]
“Dananya kami gunakan untuk membeli solar, biaya operasional di lapangan, dan sewa alat berat. Untuk kemarin kami baru memperbaiki satu titik dengan meletakkan kayu dan menimbun dengan tanah dan batu. Sementara satu titiknya lagi akan kami lanjutkan hari ini,” bebernya.
Sementara itu, bantuan juga datang dari 2 perusahaan di sekitar kawasan tersebut berupa peminjaman mobil truk untuk mengangkut kayu dan kayu batangan yang menjadi pondasi jalan.
Warga Harap Pemda Sigap Perbaiki Jalan Rusak di Jalur Sebelimbingan hingga Pendamaran
[irp]
Namun demikian, kata Tommy, meski pihaknya telah berupaya melakukan perbaikan jalan di beberapa titik tersebut, masih ada titik jalan lainnya yang memerlukan perhatian serius. Sebab, akan terus dilewati dan memperparah keadaan jalan yang memang sudah rusak.
Untuk itu, pihaknya pun berharap agar pemerintah daerah (pemda) cepat tanggap dan sigap dalam menindaklanjuti keluhan masyarakat akan kerusakan jalan di jalur tersebut.
“Jangan sampai menunggu viral dan ada berita macam-macam baru pemerintah hadir. Harusnya kan kalau mendengar permasalahan seperti ini (pemerintah) langsung turun ke lapangan memberikan solusi,” tuturnya.
[irp]
Dampak Jalan Rusak, Perekonomian di 3 Kecamatan Terancam Mati Total
Jalan di jalur tersebut sejatinya memang kerap rusak dan warga telah mengeluh sejak lama. Meski telah mendapat perbaikan, namun tidak akan bertahan lama. Kondisi jalan yang memang hanya urukan tanah/batu dan banjir merupakan salah satu alasan kerap rusaknya jalan itu.
Sementara jalan tersebut merupakan satu-satunya akses darat yang menghubungkan puluhan desa di 3 kecamatan menuju Kecamatan Kota Bangun maupun Kabupaten Tenggarong. Sekaligus sebagai akses untuk membawa kebutuhan pokok di kawasan tersebut.
[irp]
“Karena kalau dibiarkan begitu saja perekonomian masyarakat akan mati total. Seperti sekarang, banyak kebutuhan pokok mulai langka. Seperti tabung gas 3 kilogram, harganya dulu sekitar Rp25 ribu sekarang di kisaran Rp45 ribu hingga Rp60 ribu. Kalau mahal masih bisa beli, ini langkanya luar biasa,” ungkapnya.
Selain kebutuhan pokok, jual beli sawit yang merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat pun turut terhambat. Karena kondisi jalan yang rusak parah, kendaraan pengangkut sawit kesulitan untuk melintas.
[irp]
“Akhirnya para pengepul (yang berada di desa) memilih berhenti membeli. Karena tidak dapat dia jual lagi. Mau ke Kota Bangun dan sekitarnya jalan rusak, mau ke hulu masih banjir. Sehingga petani sawit jadi rugi. Ini seperti mata rantai yang saling berkaitan,” ujarnya. (*)
Penulis: Devi Nila Sari
Editor: Suci Surya Dewi