Kepala BNN RI menyebut Komjen Pol Marthinus Hukom mengakui Samarinda punya poetensi kuat sebagai pasar narkoba.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Samarinda disebut menjadi salah satu wilayah yang berpotensi kuat untuk menjadi pasar narkoba. Hal ini diakui langsung oleh Kepala Badan Narkotika (BNN) RI Komjen Pol. Marthinus Hukom.
Ia pun membeberkan alasan mengapa berkata demikian. Menurutnya, Samarinda yang merupakan Ibu Kota Kalimantan Timur (Kaltim) berada di wilayah strategis.
“Kota Samarinda berada di Kaltim, yang merupakan wilayah strategis karena berada di jalur ALKI dan dekat dengan Tawau, Malaysia,” tuturnya saat memberikan keterangan pada konferensi pers di Balai Kota Samarinda, Rabu (5/2/2025).
Perlu diketahui jalur ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) merupakan rute pelayaran internasional yang melewati perairan Indonesia dan diakui berdasarkan hukum laut internasional. Indonesia sendiri sudah menetapkan tiga jalur ALKI untuk menghubungkan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik melalui perairan kepulauan.
Diantaranya ALKI I yang melalui Selat Sunda-Laut Jawa-Selat Karimata-Laut Natuna-Laut China Selatan. Kemudian ALKI II melalui Selat Lombok-Selat Makassar-Laut Sulawesi- Laut Filipina. Terakhir ALKI III melalui Selat Ombai-Laut Banda-Selat Seram-Laut Pasifik.
Samarinda sendiri berada di Kalimantan Timur dan dekat dengan ALKI II, yang menjadi jalur strategis perdagangan dan mobilitas laut. Termasuk potensi ancaman penyelundupan narkoba, perdagangan ilegal, dan aktivitas maritim lainnya.
Sepanjang 2024, BNNK Samarinda sudah melakukan screening pada 1.046 orang. Terdiri dari 30 dari masyarakat, 485 instansi pemerintahan, 314 pihak swasta, dan 217 dari pelajar/mahasiswa. Hasilnya 1.037 dinyatakan negatif, sedangkan 9 orang positif.
Sehingga dikatakannya, untuk memberantas penyalahgunaan narkoba diperluka kerja sama lintas sektor. Marthinus pun meminta agar semua pihak membangun komitmen serta saling mengawasi potensi di mana pengguna dan pengedar bercokol.
“Sebenarnya, hal ini terlihat gamblang, tetapi mendekatinya membutuhkan komitmen bersama agar kita bisa menekannya secara kolektif,” pungkasnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari